Arus migrasi Bugis ke luar Sulawesi Selatan yang terjadi pada abad ke-17 hingga abad ke-20 menjadi satu fenomena diaspora yang menonjol dalam sejarah Indonesia. Etnis Bugis yang sudah sejak lama dikenal sebagai perantau, memang memiliki prinsip tersendiri dalam “memandang” diaspora dan migrasi. Orang Bugis memandang konteks “diaspora” dalam kerangka hubungannya dengan migrasi atau massompe’. Massompe’ sejalan dengan filosofi Bugis yang berbunyi kegisi monro sore’ lopie’, kositu tomallabuse’ngereng yang artinya “dimanalah perahu terdampar, disanalah kehidupan ditegakkan.
Apabila dianalisa, diaspora Bugis di wilayah Pagatan, Tanah Bumbu dapat dikategorikan sebagai diaspora dalam bentuk sosial. Alasannya, pertama, diaspora Bugis terbentuk karena hubungan sosial yang direkatkan oleh ikatan sejarah dan geografi, sehingga secara umum diaspora dilihat sebagai akibat dari migrasi sukarela atau terpaksa dari satu lokasi, setidaknya dua wilayah, yakni Sulawesi dan Kalimantan.
Budaya, Non Fiksi
PUANNA DEKKE’; Riwayat Pendiri Wilayah Pagatan Tanah Bumbu Abad XVIII-Abad XIX
Judul: PUANNA DEKKE’; Riwayat Pendiri Wilayah Pagatan Tanah Bumbu Abad XVIII-Abad XIX
Penulis: Mansyur & Rusdi Effendi
Tebal buku: xiv + 172 halaman
Ukuran: 15 x 23 cm
Stok habis
Anda harus login untuk mengirimkan ulasan.
Ulasan
Belum ada ulasan.