Buku ini memberitahukan kita bahwa sosok yang tegas, sangar, tidak mengenal kompromi untuk persoalan hukum agama, bahkan dengan senjata rotannya yang ketika mendarat di kaki atau tangan, selain meninggalkan bekas kemerah-merahan juga memunculkan rasa marah bagi yang menerimanya. Pada dasarnya Abah adalah sosok yang romantis, penyayang, dan tidak ringan tangan. Melalui buku ini, kita jadi mengerti bahwa berbuat baik tidak harus dengan sesuatu yang wah dan fantastis, cukup dengan permen, kita dapat meninggalkan kesan yang baik. Dari buku ini kita dapat mengambil hikmah, bahwa hidup yang ditempa dengan ujian akan menghasilkan ending yang manis jika kita mampu dan sabar menghadapinya.
Didikan Abah kepada kami anak-anaknya luar biasa tegas, ketika kami masih kecil tidak ada toleransi untuk kami yang meninggalkan sholat wajib. Ketika kami tidak sholat, maka rotan Abah pasti berbicara. Tidak terhitung banyaknya pukulan yang mendarat di kaki kami, nangis? Pasti!, Marah? Tidak berani! Hanya pasrah dan dalam hati berjanji besok tidak mau mengulangi, tapi terkadang sering ingkar janji sehingga “hadiah” rotan kembali kami terima.
Ulasan
Belum ada ulasan.