Bonong adalah sosok anak alam Sumbawa yang jenaka, nakal namun kaya gagasan. Kehadirannya dibutuhkan agar kusam tautan hasrat mengejar hajat hidup sejahtera dalam imbangan keselamatan alam dapat dibasuh menjadi riang. Mengemas pesan untuk disampaikan kepada bijak penguasa. Bahwa ketika peladang membabat hutan, itu bukan karena mereka ingkar pada ancaman banjir bandang. Sebab sejatinya gelisah dalam ketiadaan pilihan. Maka bulir-bulir jagung menjadi tumpuan harapan.
Bonong pasti mampu meyakinkan pemerintah daerah. Bahwa elok mengambil alih dan menyewa lahan jagung rakyat dalam nilai yang bijaksana. Semacam program ganti untung. Lalu pekerjakan mereka dalam skema penghijauan kembali. Menanam pohon-pohon keras endemik. Entah itu asam, jati, sapan, bidara, kopi, lontar dan bahkan gaharu. Dinas terkait tentu memiliki kepakaran untuk menentukan jenis pohon produksi yang tepat. Kelak hasilnya dapat dibagi bersama.
Pada saat yang sama bekali pula pengetahuan untuk tindakan ekonomi produktif siklus pendek. Bertanam sayuran, porang, memproduksi keju dan produk lain dari bahan susu sapi dan kerbau mereka. Bahkan bila perlu beternak lebah madu. Sajikan pelatihan untuk membangun digester biogas dari kotoran sapi yang dapat dikumpulkan dari padang gembala. Dengan begitu warga di desa tidak harus membeli gas untuk keperluan sehari-hari. Kayu yang biasa mereka bakar untuk memasak dapat dikonversi menjadi arang.
Jika memungkinkan, sediakan anggaran memadai untuk investasi sistem energi surya dan small wind power secara hybrid. Itu dapat digunakan untuk menopang kerja pompa air pada sistem irigasi drip dan keperluan minum ternak di padang gembala.
Ulasan
Belum ada ulasan.